Siapa yang menyangka tahun 2021 bisa menjadi tahun yang sangat istimewa. Untukku terutama, tak pernah sekalipun aku berpikir akan mengalami berbagai peristiwa dan merasakan berbagai rasa yang sebelumnya kuanggap tak mungkin.
2021 adalah pandemi, masih pandemi,
semua orang tahu itu. Aku ingat betul di awal tahun saat aku masih berada di
Bali, semua terasa menyenangkan. Yah siapa yang tak senang tinggal di Bali, kan?
Stres dikit tinggal lari ke pantai. Lalu rasa bahagia itu perlahan berganti
menjadi tak nyaman ketika aku pulang ke rumah. Saat hari raya Idul Fitri lebih
tepatnya, momen yang harusnya membahagiakan karena berkumpul dengan keluarga
terpaksa menjadi tak sempurna karena satu dan lain hal sehingga aku hanya
merayakan Idul Fitri bersama Ayah dan Dito, tanpa Ibu. Saat itu kami lebih
banyak menangis daripada tertawa, namun di saat yang sama kami juga belajar
bertahan dan kuat karena kami tahu kami harus bisa.
Namun seperti siang dan malam
kehidupan dan perasaan akan berjalan bergantian. Setelah masa sedih berhasil
dilewati kini saatnya kebahagiaan kembali datang. Sahabatku menikah. Well,
gak sepenuhnya bahagia, sih. Tentu sebagai manusia muncul perasaan lain namun masih
dalam tahap wajar. But, yeah my mother came back again and my best friend
got married are the reasons to be happy.
Saat Santik menikah seharusnya
aku sudah berada di Bali lagi. Namun karena pandemi yang sedang naik daun (naik
dauuunn haha), aku terpaksa harus berada lebih lama di rumah. Aku ingat betul
betapa aku merasa terpuruk di waktu itu, karena kondisi keuangan yang buruk
serta keadaan mental yang tak stabil. Untungnya aku punya support system
yang baik, yang selalu mendukungku dalam berbagai bentuk. You know who you
are, thank you ya..
Pandemi juga membuat pernikahan
Santik tak berjalan sesuai rencana. Diperparah dengan aturan pemerintah yang
berubah-ubah, membuat semuanya semakin kecewa. Tapi di luar semua itu, aku
bahagia karena aku bisa hadir di pernikahannya. Itu adalah satu permintaannya
sejak berbulan-bulan lalu.
Bulan demi bulan berganti.
Pandemi mereda dan rencana kembali ke Bali akan segera terealisasi. Menurutmu
akan selancar itu? Oh tentu tidak. Bulan Oktober 2021 aku memutuskan untuk
operasi gigi geraham bungsu. Apakah itu? Gigi geraham bungsu adalah gigi
geraham yang tumbuh paling akhir dan kadang bisa menjadi sangat menyakitkan
sehingga harus dibuang. 13 Oktober 2021 menjadi hari yang tak akan pernah aku
lupakan. Pipiku bengkak dan membuat gerakku terbatas. Aku yang tak pernah
menyukai bubur kini harus bersahabat dengannya. Siang malam merintih merasakan
sakit yang amat luar biasa. Penderitaan itu bukan saja aku yang merasa tapi
juga Ayah dan Ibu.
Pada hari yang sama aku juga merasakan
sebuah guncangan emosi yang berat. Aku merasa linglung dan melayang. Satu
peristiwa besar yang kini merubah hidupku sepenuhnya. Sakit gigi dan sakit hati
yang berlangsung secara bersamaan. Ah, aku tak mau ingat-ingat hari itu lagi. Namun
yang pasti, hari itu berhasil membuat pribadiku berubah, semoga ke arah yang
lebih baik. Aamiiin..
21 Oktober 2021 kulangkahkan kaki
kembali ke Pulau Dewata. Kubawa semua rasa yang tertinggal. Kukemas cita dan
cinta demi sebuah harapan yang baru. Diri yang lebih bersyukur dan bahagia.
Diri yang mencintai dirinya sendiri dan Tuhannya melebihi apapun di dunia.
Tak butuh waktu lama untukku
sembuh kembali, well at least ‘berusaha’ sembuh lebih tepatnya. Tak
henti ku bersyukur didekatkan dengan orang-orang baik dan sayang padaku. Lalu
kumenyebut mereka keluarga dan rumah.
Setelah berbagai ujian dan roller
coaster kehidupan, Allah menghadiahiku dengan kejutan yang teramat indah.
Satu impianku untuk menginjakkan kaki di tanah Papua dikabulkanNya. Aku
terpana, menangis, mensyukuri keagungan kuasa Allah. Sungguh jika bukan
karenaNya, tak mungkin mampu aku berada di sana. Aku bahkan berkata pada
orang-orang lima hari di sana adalah lima hari terbaik dalam hidupku.
So, yah berjalan mundur setahun
ke belakang kadang memang membuat sedih. Namun manusia seringkali lupa bahwa
hidup itu tak hanya tentang bahagia. Maka di tahun 2022 aku tak minta banyak keinginan.
Aku hanya minta agar Allah selalu bersamaku. Dikuatkan untuk hadapi badai yang
bisa saja datang tiba-tiba dan mungkin lebih hebat dari sebelumnya. Terima
kasih wahai diriku, terima kasih untuk terus melihat segala sesuatu dengan
ketulusan. Terima kasih pula untuk semua orang-orang yang tak pernah absen
untuk sekadar berjalan bersamaku.
And the last, hi 2022. I’m
ready to welcoming you..
Kommentare
Kommentar veröffentlichen