(BUKAN) REVIEW MENSPAD



balut1 » pem.ba.lut

  1. n sesuatu yang dipakai untuk membalut: kain ~ luka; daun nyiur biasa dipakai sebagai ~ ketupat
  2. n alat atau cara melangsingkan tubuh dengan membalut bagian tertentu, seperti perut, paha, atau kaki
Iya, pembalut. Tapi pembalut dengan pengertian yang pertama yang ingin saya ceritakan. Bukan pembalut biasa, kali ini saya ingin cerita tentang… *jeng jeng jeng*.. MENSPAD. Buat yang belum familiar, menspad atau menstrual pad adalah pembalut dari kain yang bisa digunakan berulang-ulang. Bisa dicuci, dijemur, serta dipakai lagi dan lagi. Terus, apa bedanya dengan pembalut sekali pakai? Nah itu dia. Kalau pembalut yang biasa kita pakai, dia hanya bisa dipakai sekali dan langsung buang, meskipun setiap habis dipakai sama-sama dicuci sih, ehm lebih tepatnya dibilas.

Sumber: Instagram @yuspin_menspad


How & When I start to use this menspad? Okey, saya pikir solusi akan hadir setelah timbul masalah, ya kan? Sama dengan keputusan beralih ke menspad ini, sebetulnya alasan utamanya adalah saya ingin ikut mengurangi jumlah sampah pembalut di dunia. Wah terlalu muluk-muluk kalau ini, ralat deh: di lingkungan saya tinggal. Dengan menggunakan menspad, otomatis saya gak menghasilkan sampah pembalut lagi, kan. Alasan lainnya adalah menspad ini merupakan jawaban atas overthinking saya selama ini. Jadi, di rumah, setiap saya menstruasi, pembalut-pembalut bekas ini tidak langsung dibuang ke tempat sampah, melainkan dikumpulkan terlebih dahulu dan setelah banyak baru dibuang ke sungai. What? ke sungai? Yes. Ibu selalu melarang saya untuk membuangnya ke tempat sampah supaya sampah pembalut ini tidak ikutan dibakar (di sini, sampah plastik memang seringnya dibakar). Ibu juga bercerita bahwa pernah ada tetangga kami yang membuang popok bekas kemudian dibakar, eh tiba-tiba si bayi mengalami merah-merah di bagian tubuh bagian bawah. Saya mendadak ngeri, dong. Masa sih? Tapi rasa penasaran ini cuma tersimpan di kepala. Saya juga tidak mencari tahu apakah kejadian ini bisa dikaitkan secara medis atau hanya sekedar mitos. Bertahun-tahun saya ikuti kata ibu untuk membuang sampah pembalut di sungai, bertahun-tahun pula saya memendam rasa bersalah di dalam pikiran. Bayangin, membuang sampah ke sungai saja saya paham itu dilarang, apalagi yang dibuang adalah pembalut yang tidak bisa terurai dan bungkusnya pakai plastik, gimana gak dobel sampah, tuh. Tapiiii setelah beralih ke menspad Alhamdulillah masalah itu bisa teratasi, gak buang sampah di sungai plus gak nyampah plastik. Nah, mulai kapan? Sebetulnya saya beli menspad ini sejak 3 bulan yang lalu, tapi pakainya baru 2 bulan yang lalu. Jadi, terhitung baru dua kali menstruasi. Iya, newbie banget.

How I feel so far? Wah senang sekali! Keputusan ini membuat saya senang berkali lipat. Selain less waste dan jawaban atas rasa bersalah, beralih ke menspad juga membantu saya untuk menjalani hidup lebih sehat (di samping makanan). Lah, kok bisa? Seperti yang kita tahu, pembalut sekali pakai meskipun bahannya dari kapas, dia tetap mengandung zat-zat kimia seperti clorin dan teman-temannya itu, yang mana bisa berbahaya bagi tubuh, apalagi jika dipakai dalam jangka waktu yang lama. Nah kebetulan, saya tipikal orang yang concern dengan hal-hal beginian. Akhirnya (dulu) saya pakai pembalut yang ‘katanya’ kandungan clorinnya paling rendah, atau kadang juga pakai pembalut yang ‘katanya’ terbuat dari bahan-bahan alami. Tapi tentu gak setiap bulan, karena harganya mahal cyiinn, hehe.

Pakai merk apa dan gimana cara makenya? Wacana beralih ke menspad sejujurnya sudah ada sejak sekitar setengah tahun yang lalu. Berbagai pikiran ‘what if’ dan harga yang relatif lebih mahal dibanding pembalut biasa membuat saya maju mundur mau beli menspad. What if nya lebih ke ketakutan sendiri, sih. Gimana kalau bocor? Gimana kalau gak nyaman? Gimana kalau gak konsisten? Dan berbagai gimana lainnya. Sejak itu, saya riset soal merk, cara pakai, dan harga. Sambil memantapkan niat, saya juga baca banyak review di google, tanya-tanya online shop soal pricelist, dan coba nyari offline storenya di Surabaya. Setelah melakukan riset ala saya, hehe, akhirnya saya memutuskan untuk beli menspad via online di yuspin menspad. Ini saya nemu di Instagram dengan harga 125 ribu isi 6 pcs, kebetulan waktu itu saya dapat bonus sabun cuci dan subsidi ongkir 10ribu, mayaannn. Jadi di yuspin, ada beberapa jenis menspad berdasarkan ukurannya. Seperti pembalut biasa, kategori ukurannya ada night, day, pantyliner, dan khusus teenager. Ada beberapa paket juga yang isinya mix, yaitu pantyliner, day, dan night masing-masing 1 pcs buat yang masih coba-coba pakai menspad. Tapi saya beli yang paket day use, jadi paketnya berisi menspad ukuran day use semua, karena saya sudah komitmen mau pakai ini seterusnya ga pake coba-coba, hihi. Hampir sama seperti pembalut biasa, cara pakai menspad ini bedanya cuma di bagian perekatan. Kalau pembalut biasa ada semacam perekat yang nempel dengan celana dalam, menspad punya kancing yang gampang sekali dipasang atau dilepasnya. Masa pakai atau cara mencucinya pun sama dengan pembalut biasa. Bedanya, menspad harus langsung dicuci setelah digunakan. Enaknya, karena saya dapat sekalian sabun pencucinya, jadi saya tidak perlu repot beli sabun cuci khusus. Tapi enggak masalah kok, kalau kalian mau cuci pakai sabun biasa karena menspad ini terbuat dari kain. Tapiiii kalau bisa pakai sabun mandi aja, ya! Dan kalau masih gak “dong” soal cara pakai ini sila ubek-ubek youtube aja.

Sabun cucinya, bisa diganti dengan sabun mandi.

So, is it worth? Worth it banget! Kalau dari segi kesehatan, pastinya sudah tidak diragukan lagi. Menspad sama sekali tidak mengandung zat kimia, berbeda dengan pembalut biasa. Kalian ingat omongan nenek/buyut kita di masa lampau, kan? Di mana zaman dahulu belum ada yang namanya pembalut sekali pakai apalagi dengan berbagai variasi, seperti sensasi mint lah, gel lah, atau berbagai model seperti sekarang. Mereka cuma memakai kain bekas yang washable dan dipake berulang kali tapi justru dengan itu perempuan-perempuan zaman dulu umurnya panjang dan sehat sehat! Gaada tuh yang kena penyakit aneh-aneh macam sekarang :(. Kalau dari segi biaya, oh jelas lebih hemat. Kalau saya coba kalkulasikan pengeluaran untuk pembalut selama kurang lebih 9 tahun ini angka yang saya dapat adalah 1.296.000. Bayangkan kalau belanja pembalut ini sampai puluhan tahun mendatang, kan mending ditabung atau dialokasikan ke hal lain. Sedangkan menspad, harganya memang jauh lebih mahal dibanding pembalut biasa. Tapi saya hanya perlu membelinya sekali saja dan aman sampai bertahun-tahun mendatang.  Kalau bahasa kerennya, investasi di awal.

Jadi, sekarang sudah tidak beli pembalut sekali pakai sama sekali? Hmm, enggak juga. Saya masih beli sesekali hanya untuk keadaan darurat saja, misal pergi ke luar kota. Tapi kan, sudah tidak serutin dulu.

So, how I deal with ‘what if’ then? Akhirnya saya buang jauh-jauh pikiran soal what if, instead of 'Just do it'. Karena kalau gak segera dilakukan malah menghambat diri sendiri untuk berubah jadi lebih baik. Dan pada akhirnya segala what if itu gak terjadi, kok. Sejauh ini saya belum pernah merasakan pembalut tembus, bocor, geser-geser, atau hal-hal yang bikin khawatir lainnya. Hal-hal kaya gitu sebenernya relatif yah, dan sebagai perempuan pasti bisa ngakalin hal-hal semacam itu, haha. Cuma memang kalau dibandingkan dengan pembalut biasanya, menspad ini lebih tebal karena terbuat dari kain nyel. Jadi di awal pemakaian sedikit risih. Tapi secara keseluruhan gak masalah, sih, enggak mengganggu penampilan juga. Kalau saya, next time mau beli yang ukuran night supaya tetap aman terkendali meski di malam hari. 

Oookkaaiii, it’s a wrap! Pada dasarnya gaada menspad yang sempurna, sih. Semuanya bergantung situasi dan kondisi memang, makanya perlu riset-riset kecil sebelum menentukan diri sendiri butuhnya pembalut yang bagaimana. Karena setiap store/merk pasti beda kualitas, bahan, dan tentunya harga. Apalagi di marketplace, wah tinggal pilih deh tuh. Ohyaaa kalau ada sedikit ragu mau beli online, buat yang tinggal di Surabaya bisa juga coba beli offline di 'alang-alang zerowaste'. Kalau saya tidak salah ingat harganya 30 ribu perbuah dan bahannya lembuuut (Saya baru tahu setelah saya beli online, hehe). Well, selamat bereksplorasi, ladies!

Kommentare