Ada saatnya ketika menunggu tidak terasa bosan, seperti misalnya menunggu proses metamorfosis sempurna dari seekor ulat. Bagi saya dan Dito (si adek gede) nungguin ulat yang suka makan daun dari bunga kamboja milik ibu ini sungguh menyenangkan.
Beberapa hari yang lalu, tidak sengaja kami dapati seekor ulat bercorak oranye kecoklatan bertengger di sebuah daun. Tentu sambil mengunyah, dan sebelum kami membiarkannya makan tanpa henti, Dito sempat ingin membuangnya. Dalihnya agar daunnya tidak dihabiskan oleh si ulat. Saya yang biasanya paling anti lihat daun bolong-bolong, mendadak menolak usulan itu. Kemudian sepakatlah kami untuk membiarkan si ulat ini tetap hidup.
Beberapa hari yang lalu, tidak sengaja kami dapati seekor ulat bercorak oranye kecoklatan bertengger di sebuah daun. Tentu sambil mengunyah, dan sebelum kami membiarkannya makan tanpa henti, Dito sempat ingin membuangnya. Dalihnya agar daunnya tidak dihabiskan oleh si ulat. Saya yang biasanya paling anti lihat daun bolong-bolong, mendadak menolak usulan itu. Kemudian sepakatlah kami untuk membiarkan si ulat ini tetap hidup.
Proses menyaksikan tumbuh kembang si
ulat menjadi momen langka bagi kami. Selang beberapa hari, si
ulat sudah berubah menjadi kepompong. Cepat sekali batin saya. Baru kali ini
saya menyaksikan proses metamorfosis ulat secara langsung, setelah belajar
materi ini di bangku sekolah dasar pastinya. Baik saya maupun Dito, hal ini membuat kami merasa takjub, ini benar-benar
kali pertama bagi kami melihat proses alam yang demikian.
Terkejutnya lagi, kepompong itu bukanlah
satu-satunya kepompong yang kami nanti. Di samping rumah, di bawah daun
bunga kamboja dan beringin ada masing-masing satu kepompong yang sedang berproses
menjadi kupu-kupu. Jadi, sekarang kami punya tiga kepompong. Kami rajin menengoknya setiap hari, pagi
dan sore. Melihat perkembangan si mungil bersayap ini. Ehya, saking antusiasnya
kami juga rajin membuka youtube demi belajar (lagi) proses metamorfosis sempurna. “Masih
satu mingguan lagi nih,” kata Dito. Ibarat jadi orang tua baru, kami tidak
sabar menunggu si mungil cepat keluar, hahaha.
Dari proses menunggu ini kami belajar
sabar, bahwa apapun yang disediakan alam tak pernah instan. Benar saja, saat
saya tidak sengaja pergi ke belakang rumah kok seperti ada yang
lain, ya. Hinggap seekor kupu-kupu tapi tidak terbang ketika saya dekati. Butuh beberapa detik untuk sadar bahwa ternyata itu bukan kupu-kupu yang baru hinggap, melainkan kupu-kupu yang baru keluar dari kepompong. Ya, ialah yang kami
tunggu-tunggu.
Satu hal yang saya sesalkan adalah saya
baru mengetahuinya ketika Dito sudah
berangkat sekolah. Dengan kamera ponsel, saya mengabadikan momen itu untuk saya
ceritakan nanti kepadanya. Dia (si kupu-kupu) ini tidak banyak bergerak,
kemungkinan ia baru keluar dini hari tadi. Lama saya diam mengamati hewan
mungil ini belajar terbang. Semoga, hingga nanti Dito datang ia belum beranjak.
Kelahiran seekor kupu-kupu ((ceile
kelahiran)) hari ini membuat mood saya meningkat. Bangga dong, ada satu mahluk
hidup yang berhasil bertahan hidup di pekarangan rumah kami melewati proses metamorfosis sempurna yang
lumayan panjang. Terlebih karena saya fobia ulat. Membiarkannya hidup dan
tidak merasa geli adalah suatu pencapaian. Sekarang, ada dua lagi yang bersiap
menjadi kupu-kupu. Ahh tidak sabarrrr!!!!
Kommentare
Kommentar veröffentlichen