Menerima, Bahagia atau Tidak ?



Konyol. Itulah yang saya pikirkan. Merasa bahwa apa yang saya tulis sangatlah tidak berguna. Sampah? Tidak juga. Selama beberapa lama itulah yang menjadi pokok saya. Namun, saya sungguh enggan membicarakannya dengan orang lain. Siapapun.

Bodohnya saya, tidak pernah berusaha untuk mengatasinya, dalam hal ini bersama orang lain. Saya selalu merasa sesuatu ini tidak bisa dihilangkan, istilahnya sudah bawaan dari lahir. Dan yang membuat saya tidak ambil pusing adalah penerimaan orang lain terhadap saya. Bisa dibilang aman-aman saja.

Saya pun tidak berusaha membuat orang lain curiga atau paham dengan saya. Saya bahagia melihat orang lain tidak peduli dengan saya. Kadang saya merasa sedikit gila perihal ini. Entah, saya hanya merasa tidak bersepaham dengan mereka, sering. Tentang banyak hal.

Jika saya menerima, itu artinya saya juga harus mengorbankan sesuatu di lain waktu. Well, itulah yang tertancap dalam otak saya. Ketika banyak orang lain bisa dengan mudah menerima orang lainnya lagi, saya masih terherah-heran mengapa saya tidak demikian.

Bahkan dimanapun saya berada, saya tetap merasa bukan bagian dari orang-orang dimana saya berada tadi. Padahal saya tahu, hal-hal konyol tersebut adalah murni pemikiran saya.

Saya pernah mencoba untuk berpikir dari sudut pandang bukan saya-orang lain. Dan wow betapa saya menyadari bahwa selama ini yang bersemayam di kepala saya adalah hal yang salah.

Sampai sekarang, dan sampai kapanpun saya akan terus mencoba. Mencoba untuk menjadi diri saya sendiri, tanpa pikiran-pikiran kurang benar yang selama ini membentuk saya. Saya menerjang untuk “membereskan” diri dan pikiran saya.

Semoga, ya semoga..

Kommentare