Sebentar yang Berkesan

Momen liburan kali ini memang bisa dikatakan dadakan. Pasalnya, kami kedatangan seorang teman dari Jakarta, yang pastinya pengen dong ngajak dia explore ke tempat yang seru. Kami memilih Mojokerto, pas banget sama kami semua yang sudah penaaaattttt banget sama macetnya Jakarta atau panasnya Surabaya. Dan cerita itu dimulai dengan:

Kita berangkat dari Surabaya pada pada hari Jumat, 3 November pukul 13.30. Mampir dulu ke Sidoarjo untuk sewa tenda dan langsung cus Mojokerto. Kita berangkat berenam dengan motor. Rencana awal sih lebih dari 6 orang yang akan berangkat, lebih rame lebih asik kan? Tapi apa mau dikata, waktu hari H ternyata yang lain berhalangan hadir. Alhasil hanya kita ber6 yang berangkat.
Perjalanan Surabaya-Mojokerto tidak membutuhkan waktu yang lama. Sekitar pukul 16.30 kami sudah sampai di Pacet. Mampir dulu di sebuah masjid untuk sholat Ashar. Uniknya, masjid ini jadi tempat langganan teman-teman tiap berkunjung ke Mojokerto. Gatau deh apa alasan si Boy suka banget sama masjid ini, hihi.

Meskipun belum sampai tujuan, tapi atmosfernya udah kerasa banget. Dingin, sejuk, wusss pokoknya khas pegunungan banget. Bener-bener damai, jauhhhh beda sama perkotaan.
Hari mulai malam, kami memutuskan berhenti di sebuah warung. Sama seperti masjid yang sudah diceritakan di atas, warung ini pun langganan tiap ke Mojokerto 😂😂. Sembari makan, kami juga istirahat dan sholat di masjid dekat situ. Pukul 20.00 kita lanjut lagi. Mampir lagi di sebuah minimarket untuk beli beberapa camilan buat teman ngobrol malam, hehe.

Destinasi utama adalah camping di Air Terjun Ndlundung. Sekitar pukul 20.30 kita sampai di lokasi dan langsung cari tempat yang pas buat mendirikan tenda. Bagiku sendiri, ini adalah hal yang yang pertama dan benar-benar jauh dari bayangan. Aku sempat takut, karena sampai di lokasi saat malam hari dan jika terjadi hal-hal diluar kendali. Dan kenyataannyaaaaa saat kami sampai, banyak sekali pengunjung yang sudah di sana dan akan bermalam. Sepertinya ini memang trik, untuk datang malam hari:  supaya tidak bayar tiket hahaha. Untuk masalah perut tenang saja, ada berjejer warung dan kamar mandi yang tersedia.

Satu ilmu yang aku dapat malam itu adalah ilmu mendirikan tenda. Ternyata tidak susah-susah amat (padahal belum tentu bisa). Sempat drama sih, karena keruwetan kami sendiri. Alhasil 2 tenda berhasil berdiri dengan tegap pukul 21.30. Ada yang kurang sebenernya, yakni api unggun. Tapi bukan berati itu penentu segalanya. Untuk membentuk suasana, kami ber6 masuk di satu tenda, duduk melingkar dan makan cemilan yang tadi sudah dibeli. Haha.

Yang bikin betah adalah berbaring di bawah sinar rembulan. Gilaaaaa damai bangettt. Sambil memandang dedaunan pohon yang sekali-kali bergoyang. Sambil merasakan hembusan nafas orang terkasih. Sambil merasakan dinginnya malam. Semuanya terasa indah. Tak perlu topik hangat untuk diobrolkan. Semuanya terasa tenang. Melihat objek yang sama, merasakan hal yang sama, membuat kita lupa dengan segala penat, membuat kita bersyukur masih diberi kesempatan untuk hidup berdampingan dengan alam. Dan juga, membuatku diam-diam tersenyum. Indah jika momen itu terabadikan, namun kamera yang paling sempurna adalah mata. Biarlah ia sendiri yang menikmatinya.
Jika boleh meminta, aku ingin sampai pagi tetap berbaring di sana. Mengikuti rembulan, sampai ia benar-benar hilang. Sayangnya, tubuh ini tidak kuat lagi menahan dingin. Kami pun memutuskan untuk tidur di dalam tenda.

Malam itu aku tidur dengan sedikit tidak nyaman. Mau bagaimana lagi, dengan kondisi tubuh yang kurang fit, tetap dipaksa saja untuk tidur. Sebelum berangkat, sempat terpikir untuk mengurungkan diri, tapi kok pengen ikutnya lebih besar ya ketimbang sakitnya. Yasudah deh ikut saja, berdoa saja. Hahaha. Sempat takut saat beberapa hewan liar mendekati tenda, tapi selama kita tidak mengganggu mereka, aman kok.

Target utama di Sabtu pagi adalah menangkap sunrise. Sejak semalam sudah berandai-andai untuk itu. Namun dinginnya pagi memaksa kami untuk tetap menekuk tubuh di dalam tenda, hehe. And, we lost the sunrise. It's ok. Ada satu kejadian tak terduga yang mengawali hari Sabtu kami. Salah satu teman terkena kram yang membuatnya harus dibopong untuk masuk tenda. Sempat panik, namun teratasi karena ada terapis terapis handal, hahaha.

Rugi rasanya jika momen ini tidak diabadikan. Kami berfoto ria di banyak spot. Surga dunia memang, saking asiknya kami lupa jika harus segera pergi ke destinasi selanjutnya. Sekitar pukul 9.00 kami beres-beres dan langsung cus ke lokasi air terjun. Tidak jauh, hanya jalan kaki sebentar dan sampai. Sempat beradu pendapat dengan si petugas, karena terlalu siang untuk meninggalkan lokasi. Untungnya tsegera teratasi.

Karena kami sampai sudah cukup siang, mau tidak mau lokasi air terjun sudah ramai. Tapi tak apalah, kami masih bisa menikmati segarnya air terjun dengan leluasa. Hal lain yang dilakukan adalah bermain air dan berfoto. Lama-lama berada di situ ternyata tubuh ini kedinginan juga, hehe.
Karena belum sarapan, kami langsung cus untuk mengisi perut. Tebak warung yang mana lagi? Jawabannya adalah:  sama seperti kemarin. Hahaha. Bahkan nih nya, si ibu warung sampai hafal dengan wajah kami. Setelah makan, niatnya sih leyeh-leyeh sebentar tapi kok dibuat tidur enak juga ya, wkwk.

Pukul 12.00 kita akhirnya beranjak. Rencana sih destinasi terakhir ini berendam di air panas. Membayangkannya saja sudah enak, apalagi realisasinya. Namun karena beberapa pertimbangan, hal itu akhirnya gagal. Yasudah deh, bisa direalisasikan lain waktu. Kami akhirnya langsung balik Surabaya siang itu. Mampir sebentar di sebuah masjid untuk mandi dan sholat. Seharian kan belum mandi, hehe. Kali ini masjidnya beda sama yang kemarin lho. Sampai di Sidoarjo, kami mampir dulu untuk mengembalikan tenda. Niatnya sih mau ngenalin degan bakar ke anak Jakarte ini, eh ditengah jalan tau-tau sudah pisah. Gagal deh.

Kami sampai di Surabaya sekitar pukul 17.00. Kebayang kan gimana macetnya. Males sih kena macet lagi, kena panas lagi. Resiko ada di jalan pas jam pulang kantor. Tapi ya mau gimana lagi. Belum sempet pamitan secara langsung, kami berpamitan lewat chatting. Sedih rasanya berpisah lagi dengan teman jauh. Meskipun hanya bertemu sehari, namun momennya kerasa banget. Inilah alasan kenapa aku ngasih judul cerita ini "Sebentar yang Berkesan", karena memang begitu adanya. Perjalanan berangkat sampai pulang alhamdulillah lancar-lancar saja. Semuanya aman. Meskipun cuaca kadang suka berubah, tapi sehari kemarin cerahhhh. Well, we still have much time to travelling, so see you next time :)
Kayak di negeri dongeng sumpahhhhhh

Akhirnya bisa juga foto dengan anggota lengkap, setelah proses yang lumayan panjang


Kalo ini gak perlu ribet-ribet, karena difotoin sama mbak-mbak hehe (btw, thanks ya mbaa :))


Look at us ! udah kayak hijab traveler aja yeee wkwkkw

Kommentare